Diposting oleh bkuny

Konseling Realitas

oleh : Panggih Wahyu Nugroho

Dasar Teori

Adanya konseling realitas tidak terlepas dari keberadaan William Glasser. Glasser adalah seorang tokoh yang mengemukakan tentang konseling realitas dalam bukunya reality counseling. Dalam pandangannya glasser mempunyai pandangan bahwa semua manusia memiliki kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fisik manusia sedangkan kebutuhan psikologis yaitu :

  1. kebutuhan dicintai dan mencintai
  2. kebutuhan akan pengharagaan terhadap dirinya.

Kedua kebutuhan tersebut dapat digabungkan dan disebut sebagai Kebutuhan Identitas.

Kebutuhan identitas mempunyai dua arah, yang pertama adalh jika individu mengalami keberhasilan individu tersebut akan mencapai identitas kesuksesan yang disebut sebagai Success Identity. Sedangkan individu yang mengalami kegagalan disebut sebagai failure identity.

Pada dasarnya Failure identity ini dibangun oleh individu yang tidak mempunyai tanggung jawab karena menolak keberadaan realitas sosial, moral maupun dunia sekitarnya. Menurut Glasser orang yang mengalami gangguan mental adalah orang yang menolak keberadaan realitas tersebut. Dalam penolakan realitas tersebut ada dua cara yaitu:

  1. mengubah dunia nyata dalam dunia pikirannya agar mereka merasa cocok.
  2. mengabaikan realitas tersebut.

Sedangkan untuk mencapi success identity seorang individu harus memiliki dua kebutuhan dasar yaitu:

  1. mengetahui bahwa setidaknya ada seseorang yang mencintainya dan setidaknya dia juga mencintai seoseorang.
  2. memandang dirinya sebagai orang yang berguna selainsebagai stimulan dan berkeyakinan bahwa orang lain melihatnya sebagai orang yang berguna juga.

Kedua kebutuhan tersebut ada pada diri manusia bukan hanya salah satu diantaranya saja.

Kemudia Glasser bersama Zennin beranggapan bahwa tercapainya kebutuhan dasar dicintai dan dihargai akan menghasilkan pribadi yang bertanggung jawab. Konseling realitas memandang individu dari perilaku. Perilaku yang dimaksud berbaeda pada perilaku behavioristik. Perilaku tersebut adalah perilaku yang memiliki standar obyektif yang disebut sebagai reality.

Pokok pemikiran

  • Pendapat tradisional yang beranggapan bahwa seseorang berperilaku tidak bertanggungjawab disebabkan oleh gangguan mental ditolak oleh Glasser. Justru ia berpendapat bahwa orang mengalami gangguan mental karena ia berperilaku tidak bertanggungjawab. Terapi realitas menekankan pada masalah moral antara benar dan salah yang harus diperhadapkan kepada konseli sebagai kenyataan atau realitas. Terapi realitas menekankan pertimbangan menyangkut nilai-nilai. Ia menekankan bahwa perubahan mustahil terjadi tanpa melihat pada tingkah laku dan membuat beberapa ketentuan mengenai sifat-sifat konstruktif dan destruktifnya.
  • Pengalaman masa lalu diabaikan karena terapi realitas mengarahkan pandangan penilaiannya pada bagaimana perilaku saat ini dapat memenuhi kebutuhan konseli. Dengan kata lain terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang. Meskipun tidak menganggap perasaan dan sikap tidak penting, tetapi terapi realitas menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapi realitas adalah proses pengajaran (teaching process)dan bukan proses penyembuhan (healing process). Itu sebabnya terapi realitas sering menggunakan pula pendekatan kognitif dengan maksud agar konseli dapat meneyesuaikan diri terhadap realitas yang dihadapinya.
  • Faktor alam bawah sadar sebagaimana ditekankan pada psiko-analisis Freud tidak diperhatikan karena Glasser lebih mementingkan “apa” daripada “mengapa”-nya.
  • Terapi realitas menolong individu untuk memahami, mendefinisikan, dan mengklarifikasi tujuan hidupnya.
  • Terapi realitas menolak alasan tertentu atas perbuatan yang dilakukan. Misalnya, orang yang mencuri tidak boleh beralasan bahwa ia terpaksa atau kepepet, dsb.
  • Terapi realitas transferensi yang dianut konsep tradisional sebab transferensi dipandang suatu cara bagi terapis untuk tetap bersembunyi sebagai pribadi.. Terapis bisa menjadi orang yang membantu para klien dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka sekarang dengan membangun suatu hubungan yang personal dan tulus.

.

Perilaku Bermasalah

Dalam konseling realitas konselor tidak menganggap adanya perilaku bermasalah pada diri individu. Tetapi yang ada dalah identitas kegagalan atau identitas kesuksesan. Perilaku bermasalah sendiri dalam konseling realitas disebut sebagi failure identity atau identitas kegagalan. Adanya failure identity ditandai denganadanya :

  1. keterasingan
  2. penolakan diri dan irrasionalitas
  3. perilaku kaku
  4. tidak obyektif
  5. lemah tidak bertanggung jawab
  6. kurang percaya diri
  7. menolak kenyataan

Prinsip Kerja

Prinsip kerja dari konseling realitas sendiri adalah berdasar atas asumsi sebagai berikut :

  1. perilaku manusia didornag oleh adanya kebutuhan dasar manusia.
  2. jika seorsng individu gagal, dia akan mengembangkan failure identity
  3. pada dasarnya setiap individu memiliki kemampuan untuk mengubah kegagaln menjadi kesuksesan.
  4. faktor tanggung jawab adalah sangat penting bagi manusia. Karena adanya sukses identity ditandai dengan tanggung jawab dari individu tersebut.
  5. penilaian individu tentang dirinya juga sangat penting karena menentukan apakah dirinya termasuk pada failure identity atau pada success identity.

Tujuan konseling realitas.

Pada dasarnya tujuan dari konseling realitas adalah sama dengan tujuan dari kehidupan manusia yaitu membantu individu untuk mencapi succses identity. Telah dikatakan didepan bahwa untuk mencapai succes identity diperlukan suatu rasa tanggung jawab dari individu, untuk mencapinya individu harus mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personal. Untuk memenuhi kepuasan terhadap kebutuhan tersebut perlu diperhatikan 3R yaitu reality (kenyataan), right (hal yang baik), responsible (tangung jawab).

Karakteristik Konselor Realitas

Dalam konseling realitas diperlukan konselor yang memiliki karakter sebagai berikut:

1. konselor harus mengutamakan keseluruhan individual yang bertanggung jawab, yang dapat memmnuhi kenbutuhannya.

2. konselor harus kuat dan yakin bahwa dia tidak pernah bijaksana. Dengan demikian konselor dapat menahan diri dari tekanan klien untuk membenarkan perilakunya dan menolak alasan dari perilaku klien yang irrasional.

3. konselor harus hangat, sensitif terhadap kemampuan untuk memahami orang lain.

4. konselor harus dapat bertukar pikiran demngan klien.

Selain itu konselor juga harus dapat meyakinkan klien bahwa kebahagiaan bukan pada proses konseling akan tetapi pada perilaku dan keputusan klien. Klien adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas dirinya.

PROSEDUR KONSELING

Beberapa prosedur yang harus diperhatikan oleh konselor realitas, prosedur konseling realitas ada delapan, yaitu:

1. Berfokus pada personal

Prosedur utama yaitu mengkomunikasikan perhatian konselor pada klien, Glasser beranggapan perlunya keterlibatan (involvement) yang maknanya sama dengan empati dalam pengertian yang dikemukakan Rogers, keterlibatab yang dicapai konselor dapat menjadi fungsi kebebasan, tanggung jawab dan otonomi pada klien.

2. Berfokus pada perilaku

Koseling realitas berfokus pada perilaku tidak pada perasaan dan sikap. Menurut Glasser karena perilaku dapat diubah dan dapat dengan mudah dikendalikan jika dibandingkan dengan perasaan atau sikap.

3. Berfokus pada saat ini

Konselor tidak perlu melakukan eksplorasi terhadap pengalaman-pengalaman yang irasional terhadap masa lalu konseli, hal ini sejalan dengan tujuan konseling menurut Glasser ada tiga tahap, yaitu membantu konseli, melihat perilakunya (yang terakhir) adalah yang tiodak realistic, menolak perilaku klien yang tidak bertanggung jawab, dan mengajarkan cara yang terbaik menemukan kebutuhannya dalam dunia riil.

4. Pertimbangan nilai

Dalam konseling relitas klien perlu menilai kualitas perilakunya sendiri apakah perilakunya itu bertanggung jawab, rasional, realistic dan benar atau justru sebaliknya, penilaian perilakunya oleh diri konseli akan membantu kesadaran tentang dirinya untuk melakukan hal-hal yang posutif.

5. Pentingnya perencanaan

Konseling realitas menganggap konseling harus mampu menyusun rencana-rencana yang realistic sehingga tingkah lainnya menjadi lebih baik, menjadi orang yang memiliki identitas keberhasilan. Dalam hal ini konselor bertugas membantu konseli untuk memperoleh pengalaman berhasil pada tingkat-tingkat yang sulit secara progresif.

6. Komitmen

Klien harus memiliki komitmen atau keterikatan untuk melaksanakan rencana itu. Komitmen ditunjukkan dengan kesediaan konseli sekaligus secara riil melaksanakan apa yang telah direncanakan. Dan konselor harus meyakinkan konseli bahwa kepuasan atau kebahagiaan sangat ditntukan oleh komitmen pelaksanaan rencana-rencana tersebut.

7. Tidak menerima dalih

Dalam hal ini ketika konseli melaporkan mengenai alasan-alasan kegagalan tersebut, sebaiknya konselor menolak menerima dalih atau alasan-alasan yang dikemukakan konseli. Justru pada saat itu konselor peril membuat rencana dan membuat komitmen baru untuk melaksanakan upaya lebuh lanjut. Dan konselor tidak perlu menanyakan mengapa kegagalan tersebut bisa terjadi, tetapi konselor sebaiknya menanyakan apa rencana lebih lanjut dan kapan mulai melaksanakannya.

8. Menhilangkan hukuman

Hukuman menurut Glasser tidak efektif dan justru memperburuk hubungan dalam konseling. Hukuman yang biasanya dialkukan dengan kata-kata mencela dan menyakitkan hati konseli harus dihilangkan, setidaknya dalam hubungan konseling. Glasser menganjurkan agar klien tidak dihukum dalam bentuk apapun dan dibiarkan belajar mendapatkan konsekuensi secara wajar dari perilakunya sendiri.

Peranan konselor

Dalam proses konseling realitas konselor juga dapat memberikan dorongan,yaitu dengan jalan memuji konseli ketika melakukan tindakan yang bertanggung jawab dan menunjukkan penolakannya jika klien tidak melakukannya.

Glasser berkeyakinan bahwa pendidikan dapat menjadi kunci yang efektif bagi hubungan kemanusiaan, dan dalam bukunya School without failure, dia menyusun sebuah program untuk membatasi kesalahan dan kegagalan, dengan memasukkannya ke dalam kurikulum yang relevan, mengganti system disiplin hukuman, menciptakan pengalaman belajar, sehingga siswa dapat memaksimalkan pengalamannya menjadi berhasil, membuat motivasi dan tantangan, membantu siswa mengembangkan perilaku yang bertanggung jawab, dan menetapkan cara melibatkan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan sekolah yang relevan.

Jadi pendekatan reality therapy adalah aktif, membimbing, mendidik dan terapi yang berorientasi pada cognitive behavioral. Metode kontrak selalu digunakan dan jika kontrak terpenuhi maka proses konseling dapat diakhiri. Pendekatannya dapat menggunakan “mendorong” atau “menantang”. Jadi pertanyaan “what”dan “how” yang digunakan, sedangkan “why” tidak digunakan. Hal ini sangat penting untuk membuat rencana terus sehingga klien dapat memperbaiki perilakunya.

Daftar Pustaka

Latipun, 2006, Psikologi Konseling, Malang, UMM Press

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0503/23/opini/1634844.htm

www.tiranus.net/2007/terapi_realitas.php

http://en.wikipedia.org/wiki/William_Glasser

This entry was posted on 07.26 and is filed under , . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

1 komentar